Hujan di pagi buta ini meninggalkan tetes-tetes kecil
yang mengembun dalam cawan bathinku
Betapa beratnya helaan nafas pertamaku
Mengemban sisa-sisa amukan sukma manakala kudaratkan tepat pada
sebongkah jiwa bernama diri
Kemudian ku pahatkan namamu disekujur luka yang tengah menganga
Ku alunkan elegia tak bernyawa pada setiap sudut-sudut bisu
Hanya kau yang bisa menghujamkanku roket kerintihan
pada setiap ketegaran yang ku bangun
dari goresan yang melumut
Seketika hujan menyeka lara dengan gerimis kerap menyudahinya
tapi debu-debu cemburu masih saja mengepul
acapkali harus mengunyah pedih rasa sakit terpaksa
Nurani begitu tegar memberimu lebih dari sebuah makna
namun bahasa yang diisyaratkanmu tak sepadan dengan keikhlasanku
Arteri kini merasa terkubur mati
di suatu titik semu
Tersesat dalam isakan merana
Saat raga terbujur kaku: mengulum rindu
RAINAME...
100109
yang mengembun dalam cawan bathinku
Betapa beratnya helaan nafas pertamaku
Mengemban sisa-sisa amukan sukma manakala kudaratkan tepat pada
sebongkah jiwa bernama diri
Kemudian ku pahatkan namamu disekujur luka yang tengah menganga
Ku alunkan elegia tak bernyawa pada setiap sudut-sudut bisu
Hanya kau yang bisa menghujamkanku roket kerintihan
pada setiap ketegaran yang ku bangun
dari goresan yang melumut
Seketika hujan menyeka lara dengan gerimis kerap menyudahinya
tapi debu-debu cemburu masih saja mengepul
acapkali harus mengunyah pedih rasa sakit terpaksa
Nurani begitu tegar memberimu lebih dari sebuah makna
namun bahasa yang diisyaratkanmu tak sepadan dengan keikhlasanku
Arteri kini merasa terkubur mati
di suatu titik semu
Tersesat dalam isakan merana
Saat raga terbujur kaku: mengulum rindu
RAINAME...
100109

Tidak ada komentar:
Posting Komentar