Sabtu, 14 Maret 2009

Mengulum lara


Hujan di pagi buta ini meninggalkan tetes-tetes kecil
yang mengembun dalam cawan bathinku


Betapa beratnya helaan nafas pertamaku

Mengemban sisa-sisa amukan sukma
manakala kudaratkan tepat pada
sebongkah jiwa
bernama diri

Kemudian ku pahatkan namamu disekujur luka
yang tengah menganga
Ku alunkan elegia tak bernyawa pada setiap sudut-sudut bisu

Hanya kau yang bisa menghujamkanku roket kerintihan

pada setiap ketegaran yang ku bangun

dari goresan yang melumut


Seketika hujan menyeka lara
dengan gerimis kerap menyudahinya
tapi debu-debu cemburu masih saja mengepul
acapkali harus mengunyah pedih rasa sakit terpaksa


Nurani begitu tegar memberimu
lebih dari sebuah makna
namun bahasa yang diisyaratkanmu tak sepadan dengan keikhlasanku

Arteri kini merasa terkubur mati
di suatu titik semu
Tersesat dalam isakan merana

Saat raga terbujur kaku: mengulum rindu

RAINAME...

100109

Tidak ada komentar:

Posting Komentar